Jakarta - Pandemi Covid-19 makin berdampak signifikan
menghantam ekonomi dunia, bahkan Indonesia. Data Kementerian Tenaga Kerja per
20 April 2020 menunjukkan 2.084.593 pekerja dari 116.370 perusahaan yang telah
dirumahkan dan pemutusan hubungan kerja (PHK)
akibat imbas pandemi Corona.
"Sebanyak 1,8 juta pegawai industri tekstil dan produk
tekstil (TPT) dirumahkan dan di-PHK. Jumlah tersebut mencapai 70% dari total
tenaga kerja industri TPT yang 2,7 juta orang," kata Sekretaris Eksekutif
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil.
Pakar Koperasi Digital Chandra Vokav Saritua mengatakan,
pemerintah harus segera ambil tindakan agar jumlah tenaga kerja yang kena PHK
dan dirumahkan tak terus bertambah. Yang ditekankan oleh Chandra di sini adalah
eksekusinya.
"Masalah terbesar kan demand yang sangat anjlok,
pemerintah segera turun tangan untuk dekatkan mereka dengan demand. Memang
kemarin hal ini sudah jadi langkah dari beberapa kementerian, tapi kita tunggu
segera eksekusinya," ujar Chandra di Nasari Sentra KUKM Jakarta, Senin
(27/04/2020).
Baru-baru ini fokus kegiatan industri tekstil dialihkan ke
produksi alat perlindungan diri (APD) bagi tenaga medis. Hal itu cukup
menghidupkan kembali industri tekstil. Belum lagi ditambah memproduksi masker
pasca ditetapkan semua orang wajib memakai masker.
"Dengan hampir 3.000 unit jumlah rumah sakit dan 10.000
unit jumlah puskesmas di seluruh Indonesia, bisa dihitung kebutuhan APD
mencapai 20 juta buah sampai 100 hari ke depan. Macam barang APD ada hazmat
suit, face shield, medical google & lainnya. Dan dahsyatnya nilai
ekonominya minimal Rp 10 triliun," jelas Chandra.
Ada 270 juta rakyat Indonesia, membutuhkan masker. Minimal
dapat tersedia 2 miliar masker dengan nilai ekonomi minimal Rp. 10 triliun
pula. Peluang yang cukup besar ini harus disertai dengan koordinasi dan
administrasi yang solid pemerintah dengan pengusaha.
Selanjutnya, Chandra juga mendesak pemerintah memberi
kepastian dan pengharapan yang jelas kepada rakyat sampai kapan kondisi seperti
ini bertahan. Masyarakat diminta tak dibiarkan bertanya-tanya di tengah
kebingungan dan ketakutan dalam masa pandemi Covid-19 ini.
"Darurat Nasional, PSBB DKI Jakarta, dan larangan mudik
semua hampir bersamaan berakhir pada akhir Mei 2020. Pemerintah harusnya segera
memberi informasi yang jelas dan pasti setelah itu bagaimana? What next? Apakah
"Stay At Home" masih relevan bahkan untuk rakyat Indonesia yang tidak
terpapar dan sehat? Akan seperti apa kondisi pada awal Juni 2020?," ucap
Chandra.
Pemerintah yang harus jadi motor dan pionirnya. Jangan
tunggu korban PHK sudah 10 juta orang dan terjadi krisis sosial baru kita
tersadar. Sekolah pun nanti bulan Agustus sudah masuk tahun ajaran baru, kita
harus pastikan anak-anak kita nanti sudah bisa masuk sekolah dengan normal di
tahun ajaran baru.
"Dengan adanya Kepastian dan Harapan Yang Nyata bagi
semua, maka pihak-pihak yang berkepentingan juga akan mendukung. Misal, kalaupun
sebuah tempat usaha perusahaan boleh buka, dengan prasyarat semua karyawan
harus menjalani test, saya yakin pengusaha pasti siap menanggung biaya rapid
test," kata Chandra
"Semua pihak pasti ingin kondisi kembali normal secepat
mungkin. Dengan kita semua jelas tahu apa yang menjadi tahapan dan prasyaratnya
maka semua pihak akan sadar tanggung jawab masing-masing. Saya yakin segera
akan terbentuk kerjasama yang solid antar semua elemen bangsa," lanjut
Chandra.
Adapun mengenai panduan fase-fase serta prasyarat membuka
kembali ekonomi Indonesia dapat mencontoh yang dilakukan Amerika Serikat.
Presiden Donald Trump melalui Executive Order telah mengeluarkan panduan
"Opening Up America Again" yang mengatur fase-fase kegiatan
masyarakat, baik sosial dan ekonomi, lengkap dengan prasyaratnya sampai
akhirnya normal penuh.
"Di panduan itu bisa dilihat, pada fase pertama, tempat
usaha seperti restoran dan UKM sudah boleh beroperasi biarpun tetap harus patuh
pada protokol physical distancing yang ketat. Lalu pada fase kedua sarana
olahraga dan tempat hiburan boleh beroperasi dengan prasyarat," terang
Chandra
Chandrai yakin sudah banyak pihak ingin beraktivitas normal
kembali dan kembali produktif tanpa diliputi rasa takut. Harapan ini harus
digaungkan agar semua masyarakat mau terlibat maksimal untuk menjadikannya
nyata.
Sumber: Detik.com