Jakarta - Bagi para petani Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu,
Boyolali, hutan adalah ladang penghidupan mereka. Sudah sejak lama para petani
ini memanfaatkan lahan hutan pemerintah untuk ditanami berbagai jenis tanaman.
Mulai dari jagung, jati, kayu putih, hingga pohon petai.
Ketua Kelompok Tani Wonolestari I, Sojo, mengungkapkan
dahulu komoditi utama Desa Wonoharjo adalah jagung. Sedangkan kayu putih hanya
sebagai tanaman pendukung yang wajib ditanam di lahan milik pemerintah.
"Profesi mayoritas dulu petani jagung. Dulunya itu
memang sudah ada tanaman kayu putih, tapi ya hanya sekadar tanam saja. Tapi
makin ke sini kami merasakan banyak hasil yang didapat dari minyak kayu putih
ini, apalagi setelah adanya program perhutanan sosial," jelas Sojo saat
ditemui detikcom beberapa waktu lalu.
Akhirnya, para petani pun mulai masif menanam kayu putih
tanpa meninggalkan tanaman jagung serta tanaman-tanaman lain yang sebelumnya
pernah ada. Ia mengatakan para petani menerapkan sistem tumpang sari di lahan
pertanian mereka.
"Memang sudah dari dulu seperti itu (pakai sistem
tumpangsari), tapi kan ada yang tanaman pengkayaan itu baru berjalan mulai
tahun 2018, tanaman pengkayaan itu termasuk di antaranya itu kayu putih,"
lanjutnya.
Ia berujar bahwa sistem tumpang sari ini sangat
menguntungkan. Lantaran petani bisa memiliki hasil panen yang beragam. Panen
jagung bisa dilakukan 4 kali dalam setahun, sedangkan panen kayu putih bisa
dilakukan 2 kali dalam setahun.
"Kalau tumpang sari itu kayu putihnya bisa dipanen dua
kali, juga jagungnya bisa dipanen, gantian gitu, jadi lebih efektif. Jadi
berlanjut, petani bisa panen daun kayu putih, nanti kalau daun kayu putihnya
habis ganti panen jagung. Jadi untungnya berlipat," terangnya.
Agar hasilnya maksimal, lanjutnya, saat ini para petani
mulai merapatkan jarak tanam kayu putih yang awalnya berjarak 4 x 3 meter, kini
menjadi 2 x 3 meter. Sehingga dalam 1 hektare bisa ditanam 6.000 pohon kayu
putih.
Dari 6.000 pohon itu bisa menghasilkan 18 ton daun kayu
putih sekali panen atau 126 kg minyak kayu putih. Sehingga, petani Desa
Wonoharjo yang memiliki 433 hektare lahan bisa menghasilkan kurang lebih 54,5
ton minyak kayu putih dalam sekali panen.
Jika hasilnya maksimal, seorang petani minyak kayu putih
Desa Wonoharjo bisa mengantongi Rp 30 juta dalam sekali panen untuk upah
pemetikan sekaligus pembuatan minyak kayu putih. Sedangkan untuk tanaman
jagung, Sojo mengaku petani bisa memperoleh omzet Rp24 juta dalam sekali panen.
Meskipun tak sebesar hasil kayu putih. Hasil dari panen jagung cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Ya alhamdulillah, kalau digabungkan bisa buat memenuhi
kebutuhan sehari-hari lah. Bisa buat rumah, sekolahkan anak-anak, untuk modal
usaha lagi juga, beli pupuk , bibit. Istilahnya ya petani itu semakin
sejahtera," tandasnya.
Sojo juga mengatakan dengan adanya bantuan Corporate Social
Responsibilty (CSR) dari BANK BRI berupa mesin penyulingan kayu putih sekaligus
rumah penyulingan, kinerja petani menjadi lebih efektif dan lebih cepat.
"Kalau dulu kan paling cuma bisa produksi 14 kg minyak
per hari, sekarang, sudah ada CSR BRI jadi bisa dua kali lipat nantinya,"
pungkasnya.
Sumber: Detik.com