RIAUUPDATE - Masih ingat dengan Riska Ramadila? Olahragawan
di SMAN 1 Lipat Kain Kampar Kiri yang mengalami tumor ganas di lutut. Kini kaki
kanannya telah diamputasi di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, hingga kini dia
didampingi keluarga masih harus menjalani proses kemoterapi di Jakarta paska
amputasi.
RISKA Ramadila (17), gadis belia yang merupakan pemain voli
di sekolahnya, SMAN 1 Lipat Kain Kampar Kiri, Kabupaten Kampar Riau
telah menjalani proses amputasi. Tumor ganas yang menggerogoti lutut kaki
kanannya terpaksa diangkat untuk menghindari penyebaran yang lebih luas lagi.
Paska diamputasi, Riska mesti menjalani ragam skedul
kemoterapi untuk mematikan sel tumor yang ada di kakinya. Saat ini dia telah
menjalani langkah kemoterapi itu ke tiga kalinya sejak diamputasi pada Februari
lalu, dan masih akan menjalani proses itu sampai 6 kali.
"Kami masih di Jakarta sejak difasilitasi oleh pihak
Dandim dan Korem. Anak kami si Riska masih dalam skedul langkah kemoterapi,
pada tahap ini si riska telah menjalankan kemoterapinya ke 3 kalinya,"
kata Paman Riska, Ulul Azmi, dikutip dari Riau Pos.co.
Kehidupan yang serba mahal di Metropolis Jakarta menjadi
masalah baru bagi keluarga Riska. Mereka yang total 8 orang terdiri dari adik
Riska sebanyak 3 orang, ayah, ibu, paman dan istrinya mesti dihadapkan dengan
serba mahalnya barang-barang harian untuk kebutuhan hidup, apalagi masa pandemi
Corona saat ini.
Biaya hidup yang terbilang besar di ibu kota tersebut kian
menjadi keluhan tersendiri, beruntung mereka sempat mendapatkan santunan setiap
bulannya dari Yayasan Bakrie Amanah.
Karena pandemi Corona ini, membuat mereka kesulitan untuk
bolak-balik ke RSPAD dan untuk belanja sehari-hari dengan sistem online selama
3 bulan terahir ini.
"Biaya sehari-harinya untuk tranportasi dan biaya makan
dikasih 7 juta sebulan sekali oleh yayasan bakrie amanah. Kalau untuk biaya
pengobatan selama ini ditanggung oleh BPJS KIS," ujar Ulul Azmi.
Dana segitulah yang dipergunakan mereka untuk ongkos
bolak-balik ke rumah sakit. Saat ini Riska bersama anggota keluarganya itu
tinggal di Menteng Atas Kecamatan Setia Budi Jakarta Selatan. Dan mesti ke
RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat menggunakan transportasi online Go-car.
"Ongkos sekali berangkat bisa 100 ribu dalam seharinya,
biasanya sebulan 4 sampai 6 kali," tuturnya.
Sesuai protokolnya, kemoterapi yang dijalani oleh Riska
mesti dilakukan sekali sebulan, namun menjelang dimasukan obat kemoterapi mesti
harus ada pengecekan darah 3 kali dulu dalam sebulan itu.
Ulum Azmi lantas bercerita, dulu pertama mereka berada di Jakarta
selama 2 minggu-an ada pendamping dari Dandim yang ikut, namun sekarang tidak
ada lagi. Waktu itu, tepatnya sekitar dua bulan lalu mereka mengalami kesulitan
juga untuk ngurus pindah Fasilitas Kesehatan (Faskes) BPJS nya Riska, sebab
paket rujukan yang pertama itu telah berakhir.
"Kemaren itu sudah kami urus ke kantor BPJS di Rayon
Kecamatan Setia Budi ini, dan kami diminta datang juga ke pihak Disdukcapil
untuk mengaktifkan nomor NIK KTP nya Riska, sekarang belum tau, apakah sudah
bisa dipakai atau belum, sebab pada paket untuk berobatnya itu sesuai
berlakunya rujukan hanya pertiga bulan sekali. Dan pihak kami sudah 5 bulanan
di Jakarta," jelasnya
Untuk menggunakan paket berobatnya Riska pada tahap yang
kedua ini, Ulul menjelaskan bahwa kemaren mereka minta bantu ke pihak Yayasan
Bakrie Amanah, untuk mengakalinya yaitu dengan membawa Riska menggunakan mobil
ambulans dan datang ke Puskesmas yang ada di Kecamatan Setia Budi Jakarta ini.
Selanjutnya pihak Puskesmas memberikan rujukan ke RS
Angkatan Laut, dari situlah baru Riska bisa lagi untuk lakukan masuk dan
berobat di RSPAD Gatot Subroto lagi, namun pada Surat Rujukan yang tahap ke 2
ini, akan habis kembali masa berlakunya di bulan juli ini.
"Mudah-mudahan pihak kami untuk paket berobat yang ke 3
ini sudah bisa menggunakan BPJS nya lagi. Itulah kesulitan yang kami
alami," tuturnya.
Lantas sewaktu surat rujukan pada paket yang pertama itu
habis masa berlakunya, keluarga Riska sempat melakukan pembiayan tunai selama 4
kali berobat, karena pada masa itu belum dapat celah untuk ngakali cara untuk
mendapatkan surat rujukan yang kedua ini.
"Kalau tidak ada halangan bagi Riska nya, dan untuk
kemoterapinya akan selesai pada bulan September. Inshaallah, sehingga kami bisa
kembali ke Riau," ungkapnya.
Keluarga Riska berharap, untuk bisa kembali dibantu lagi
oleh pihak Dandim dan Korem untuk kepulangan Riska ke Riau, sebab keberangkatan
Riska untuk ke Jakarta ini pihak mereka yang memfasilitasi dan mengevakuasinya
hingga Riska bisa sampai ke jakarta untuk berobat.
"Kami tentu sangat berterima kasih," ujarnya.
Mereka berharap juga nantinya pada pihak Yayasan Bakrie
Amanah ataupun pihak Dandim Kampar
dan Danrem akan membantu selanjutnya untuk fasilitas kaki palsu buat Riska
setelah selesai kemoterapinya, dan Riska sangat berharap sekali bisa segera
pulang ke Pekanbaru sudah dengan memakai kaki palsunya.
"Sebab waktu itu Riska telah dijanjikan itu,"
ungkap Ulul Azmi.