Jakarta - Populasi dunia akan meningkat dari 7,8 miliar saat ini
menjadi 9,7 miliar pada tahun 2064, yang menjadi puncak populasi dunia, kata
sebuah studi dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di
University of Washington (UWA) yang baru saja dirilis hari Rabu (15/7).
Setelah tahun 2064, angka populasi dunia akan menyusut dan
mencapai 8,8 miliar manusia pada 2100. Ini berarti dua miliar lebih sedikit
dari perkiraan PBB. Studi kependudukan global PBB tahun 2019 memperkirakan
populasi dunia bisa mencapai 10,9 miliar manusia pada tahun 2100.
Para peneliti di IHME mengatakan, model kependudukan PBB
tidak memperhitungkan turunnya tingkat fertilitas di beberapa kawasan dan
struktur penduduk yang makin menua, demikian juga dampak dari kebijakan
pemerintahan terhadap pertumbuhan penduduk.
Populasi global menyusut
Menurut penelitian IHME yang dirilis di jurnal medis Inggris
The Lancet, setelah 2064 populasi dunia tidak bertambah lagi, melainkan
menyusut. Ini berbeda dari model kependudukan PBB. Para peneliti mengatakan,
struktur kependudukan juga berubah drastis.
Pada tahun 2100, populasi di 23 negara akan turun sampai
setengahnya dari saat ini, sedangkan di 34 negara penyusutan penduduk lebih
drastis lagi, yaitu hanya tersisa 25 sampai 50 persen dari populasi saat ini.
Kebanyakan negara pada tahun 2100 tidak bisa mempertahankan
pertumbuhan jumlah penduduk, kata studi IHME. Di 183 dari 195 negara,
pertumbuhan penduduk terhenti dan akan mulai minus, seandainya tidak ada
migrasi dari negara lain.
Perubahan geopolitik
Tren kependudukan global menurut penelitian IHME
menunjukkan, populasi Cina yang saat ini sekitar 1,4 miliar, bisa turun menjadi
tinggal 730 juta pada 2100, sementara populasi Afrika sub-Sahara bisa naik tiga
kali lipat menjadi 3,07 miliar.
Fluktuasi seperti itu "dapat mengakibatkan perubahan
besar dalam kekuatan ekonomi global pada akhir abad ini," tulis para
peneliti dan memprediksi bahwa dunia tidak hanya akan didominasi oleh Cina dan
AS saja, melainkan juga oleh India dan Nigeria, yang pada 2100 akan menjadi dua
negara terpadat dunia.
Studi IHME yang dipublikasi di The Lancet juga memprediksi
perubahan besar pada struktur usia. Studi itu memperkirakan bahwa " 2,37
miliar orang akan berusia lebih dari 65 tahun tahun pada tahun 2100."
"Banyak populasi yang akan menyusut dengan cepat di
Asia dan Eropa Tengah dan Timur," kata studi itu. Penurunan populasi di
beberapa negara dapat diimbangi oleh kebijakan imigrasi yang liberal, yang
"dapat membantu mempertahankan ukuran populasi dan pertumbuhan
ekonomi", bahkan ketika tingkat fertilitas turun. Juga disimpulkan bahwa
Sub-Sahara Afrika kemungkinan „akan menjadi semakin kuat di panggung geopolitik
ketika populasinya meningkat."